Penyelenggara | : | PS. Pancasila UGM |
---|---|---|
Waktu | : | Tuesday, 22 November 2022 |
Pancasila adalah anugerah yang luar biasa sebagai karya falsafah bangsa yang mendunia dengan kekhasan yang dimiliki dan diperoleh atas rumusan para pendiri bangsa. Notonegoro selaku ahli mengenai Pancasila berpandangan bahwa Pancasila itu bersifat final and absolute truth.1 Sebagai memori kolektif dunia, langkah pengenalan Pancasila dipentas dunia sudah dilakukan pertama kali oleh Presiden Sukarno dalam sidang Kongres dan Senat Amerika Serikat pada 17 Mei 1956 dan puncaknya pada 30 September 1960 yang dikenal dengan gagasan To Build The World a New. Saat itulah Soekarno melakukan usaha memperkenalkan pada dunia mengenai Pancasila. Soekarno kemudian menjelaskan lebih lanjut apa sebenarnya yang dia maksud dengan Pancasila itu dengan berkata,2 “It gives us the five principle of our state. There are: 1. Believed in God, 2. Nationalism, 3. Humanity, 4. Democracy, 5. Social Justice. The five principles are combined reflections of Indonesia’s natural climate and the personality of its inhabitants”.
Langkah tersebut tentu merupakan langkah yang sangat penting sekaligus strategis bagi usaha memberikan pengenalan sekaligus pengertian masyarakat dunia internasional mengenai posisi Pancasila. Praktik politik luar negeri Indonesia yang bersifat bebas aktif membuat Indonesia tidak berpihak negara-negara besar merupakan identitas dan falsafah dari Pancasila. Apresiasi lain yang turut mendukung langkah pencapaian Pancasila sebagai memori kolektif dunia adalah telah ditetapkannya 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila yang berdasar pada Keputusan Presiden (Keppres) No. 24 Tahun 2016. Keppres tersebut memberi penjelasan bahwa Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Republik Indonesia harus diketahui asal usulnya oleh bangsa Indonesia dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi, sehingga kelestarian dan kelanggengan Pancasila senantiasa diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain itu, dokumen sejarah pendukung lainnya seperti keberadaan Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 tidak hanya memiliki makna penting bagi bangsa Indonesia, melainkan juga dunia internasional. Gagasan tersebut telah meriwayatkan bahwa cita-cita Pancasila sebagai Dasar Negara tidak semata untuk Indonesia, melainkan untuk peradaban dunia. Berawal dari tujuan kebangsaan tersebut juga, kedudukan Pancasila telah memberikan bukti otentik bahwa selain sebagai dasar negara juga telah berkontribusi terhadap terciptanya perdamaian dunia. Beberapa tokoh dan ilmuan dari berbagai negara telah banyak memberikan apresiasi pada Pancasila. Pancasila sebagai bentuk ideal dari sebuah negara majemuk, seperti Indonesia sangat tepat menjadi bagian dalam memori kolektif dunia.
Melalui temu ilmiah yang diselenggarakan Pusat Studi Pancasila UGM ini merupakan bagian awal dari beberapa agenda dalam rangka mengajukan Pancasila sebagai Memory of The World (MoW) UNESCO. Kita ketahui bersama bahwa program Memory of The World (MoW) UNESCO sebagai salah satu program UNESCO berupa ingatan kolektif dunia yang didorong dari kesadaran akan keadaan pelestarian dan akses terhadap warisan dokumenter di berbagai belahan dunia. Pusat Studi Pancasila UGM berharap bahwa gagasan otentik Pancasila falsafah bangsa yang mendunia tidak hanya akan menjadi memori kolektif bangsa tetapi juga kenangan dunia.
Bagi UGM, tujuan pengajuan Pancasila sebagai memori kolektif dunia ini sejalan dan selaras dengan Keputusan Majelis Wali Amanat Univeristas Gadjah Mada Nomor 19/SK/MWA/2006, disebutkan bahwa UGM adalah universitas yang menetapkan pendirian dan pandangan hidupnya berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, dalam kiprah penelitian (mengungkap kenyataan dan kebenaran, objektivitas dan universitalitas ilmu pengetahuan), pendidikan/pengajaran dan pengabdian pada masyarakat, selaras dan senafas dengan nilai- nilai Pancasila. Oleh karenanya, melalui Pusat Studi Pancasila UGM bekerja sama dengan seluruh mitra dan unit terkait di UGM menyelenggarakan Temu Ilmiah Pra Pengusulan Pancasila sebagai Memory of The World (MOW) UNESCO.