Tantangan Mengembangkan Bhinneka Tunggal Ika Dalam Dunia Akademik

Tantangan Mengembangkan Bhinneka Tunggal Ika Dalam Dunia Akademik

Judul di atas merupakan simpulan dari paparan yang disampaikan oleh Kepala PSP UGM, Dr. Heri Santoso dalam acara Tudang Sipulung Kebangsaan yang digelar di Universitas Hasanuddin 9 Juli 2018 dengan tema “Bhinneka Tunggal Ika dalam Bingkai NKRI”. Heri mengingatkan bahwa sebagai masyarakat akademis, seharusnya kita bersikap kritis dalam menggunakan istilah, misalnya “mari kita rawat kebhinnekaan”. Penyebutan istilah demikian sesungguhnya kurang tepat, karena kebhinekaan itu suatu faktisitas dan sunnatullah, tugas kita bukan sekedar merawat kebhinekaan tetapi seharusnya realitas yang berbhinneka itu dikelola agar tidak menimbulkan kehancuran dan perpecahan dan ditata menuju tunggal ika.” Di akhir paparannya Heri Santoso mengingatkan bahwa konsep bhinneka tunggal ika sesungguhnya dapat dikembangkan menjadi paradigma pengembangan ilmu di Indonesia yang memiliki karakteristik khas Indonesia dalam ontologi, epistemologi dan aksiologi yang berketuhanan, berkemanusiaan, berkebangsaan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial.


(Foto diambil dari: http://fajarpendidikan.co.id/2018/07/10/unhas-helat-tudang-sipulung-kebangsaan/)

Rektor Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, dalam sambutan pembukaan menyampaikan kekhawatirannya atas maraknya isu-isu terkait radikalisme yang menerpa kampus akhir-akhir ini. “Sejujurnya, ada kehawatiran jangan-jangan memang kita sedang mengalami keroposnya nilai-nilai kabangsaan dari dalam. Oleh karena itu, ada kewajiban kami untuk terus-menerus mengokohkan nilai-nilai kebangsaan,”
Sementara itu Yudi Latif sebagai mantan Kepala BPIP menyatakan apresiasinya kepada Unhas dengan ungkapan, “Saya sudah berkeliling kemana-mana di seluruh Indonesia, saya sudah berkunjung ke berbagai Kampus di tanah air. Baru kali ini saya menemukan ada komunitas Mahasiswa Pencinta Pancasila,” pujian Yudi Latief disambut tepuk tangan peserta.

Pada akhir sesi seminar, Prof. Anhar Gonggong mengingatkan bahwa kondisi yang memprihatinkan negara kita ini adalah kita ini miskin pemimpin. Artinya yang banyak di negara ini bukanlah pemimpin yang membimbing bangsa dan negara untuk maju, tetapi sekedar pejabat yang kurang bisa memimpin. Tanggungjawab perguruan tinggi salah satu di antaranya adalah menciptakan para pemimpin untuk bangsa ini, bukan sekedar menghasilkan para pejabat.