Sarasehan Menggali Nilai-nilai Pancasila di Sentolo, Kulonprogo

Sarasehan Menggali Nilai-nilai Pancasila di Sentolo, Kulonprogo

 Sabtu (11/8/2018), Dr Heri Santoso, Kepala Pusat Studi Pancasila UGM bersama plt. Kepala BPIP, Prof. Dr. Haryono dan tenaga ahli Dr. Zuly Qodir, dan Bupati Kulonprogo memberikan pemantik sarasehan Menggali nilai-nilai Pancasila di dusun Suren, Sukoreno, Sentolo, Kulonprogo Yogyakarta bersama masyarakat. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka bulan Pancasila yang diselenggarakan oleh Sekber Keistimewaan didukung oleh KAGAMA, APTISI, dan Ikatan Alumni UII. Dr. Heri Santoso menjelaskan tentang nilai-nilai Pancasila yang diekspresikan dalam kehidupan masyarakat melalui tembang dan lagu. Sebagai pemantik diskusi, Heri Santoso memberikan ‘tantangan bagi para peserta’, Siapa yang bisa membacakan teks Pancasila dalam bahasa daerah?, dalam pengantar sarasehan, bahwa nilai-nilai Pancasila telah ada dan berkembang di masyarakat, namun sekarang bagaimana model penerapannya?,  sebagai contoh, kebijakan Kulonprogo menunjukkan pelembagaan nilai-nilai Pancasila diterapkan melalui berbagai kebijakan dan diamalkan melalui kegiatan bedah rumah yang didanai secara mandiri bersumber dari infaq, dana gereja, CSR perusahaan (non pemerintah), kemudian Tomira (toko milik rakyat), air ku (minuman kemasan dengan merk lokal), musyawarah mufakat dapat dijalankan dengan baikkah?

Dr. Zuly Qodir, memberikan penjelasan tentang praktek Pancasila di masyarakat. Ia mengungkapkan lirik lagu Indonesia tiga stanza yang menjelaskan mulia negeri, ada yang menginginkan Indonesia bubar?. Hidupnya di Indonesia tetapi menginginkan Indonesia bubar!, harusnya “keluar dari Indonesia”!tegas Zuly Qodir. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat terkadang muncul ego, misalnya sebenarnya tidak bisa tetapi mengaku bisa…kejujuran sebenarnya praktek Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, artinya berjiwa Pancasila ialah mendukung kejayaan Pancasila. Sifat berpancasila ialah menjadi Indonesia. kedua ialah profesional. Pemerintah harus profesional, masyarakat harus profesional.  Prof. Haryono (plt. Kepala BPIP), menjelaskan yang menjadi ancaman bangsa ialah hilangnya karakter kebangsaan kita. BPIP ingin melakukan pola Pancasila melalui praktek-praktek nilai-nilai Pancasila sudah diterapkan di masyarakat. Salah satu upaya BPIP untuk mengamalkan Pancasila ialah mendorong membentuk kampung-kampung yang mampu menyelesaikan masalahnya. Bapak Hasto Wardoyo, Bupati Kulon Progo, menjelaskan upaya untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan. Besok pagi, di Sentolo membuktikan gotong-royong masih hidup di tengah-tengah masyarakat, setiap hari minggu kita selalu gotong-royong dan bedah rumah, tanpa APBD, tanpa APBN, dengan suka rela melakukan bedah rumah. Program lain di Kulonprogo ialah beli Indonesia, membangun kemandirian ekonomi masyarakat. Sekarang ini banyak orang belum berprestasi tetapi hanya sekedar prestise.