Sarasehan Menggali Tuladha Pengamalan Pancasila di Yogyakarta

Sarasehan Menggali  Tuladha Pengamalan Pancasila di Yogyakarta

Jumat (13/7/2018), Dr.Heri Santoso, Kepala Pusat Studi Pancasila UGM mengisi sarasehan dengan tema Menggali Contoh Tuladha Pengamalan Pancasila di Yogykaarta di Joglo Doyong, Sosrowijayan, Yogyakarta. Pertanyaan yang disampaikan oleh Heri Santoso kepada peserta diskusi kali ini ialah: apakah Pancasila masih (diamalkan) oleh masyarakat kota Yogyakarta?; apakah yang masih tersisa, apa yang hilang, bagaimana kedepannya?, bentuk-bentuk dan ekspresi nilai-nilai Pancasila pada dasarnya dapat ditemukan dalam kebudayaan seperti sistem pengetahuan masyarakat, sistem kesenian, sistem teknologi, mata pencaharian, sistem keagamaan, dan sistem kemasyarakatan.

Bapak Agung Supriyono, Kepala Kesbangpol DIY memberikan penegasan terkait dengan identitas kebangsaan dengan memberikan pertanyaan kepada para peserta yaitu: siapa kita?, Indonesia? NKRI? Harga mati, dan Yogyakarta? Istimewa. Ia menjelaskan bahwa Yogyakarta merupakan miniatur Indonesia.
Kembali kepada sejarah bangsa Sumpah Pemuda mendeklarasikan sumpah kami putra dan putri Indonesia bertanah air satu, tanah air Indonesia. Wujud dari tanah air Indonesia ialah bersatu atau persatuan Indonesia. Kasus intoleransi yang muncul di beberapa daerah, yang ditunjukkan para pemimpin di Yogyakarta memberikan sikap terhadap praktek intoleransi, serta menolak terhadap tindakan intoleransi. Kesadaran masyarakat Yogyakarta dalam membangun persatuan dan kesatuan dimulai dari Yogyakarta. Orang Yogyakarta lebih menerima keberagaman daripada dari daerah lainnya. Saat ini pola kebangsaan mulai mengalami pergeseran dan perubahan yang mengkhawatirkan, sehingga perlu menjaga nilai-nilai Pancasila khususnya di wilayah Sosromenduran dan penekanan pada gotong-royong karena hal itu roh dari Pancasila. Perkembangan yang muncul sekarang ialah persolan ijin lingkungan dan semula dapat ijin kemudian tiba-tiba menimbulkan pertengkaran akhirnya tidak memperoleh ijin. NKRI dan Pancasila tetap menjadi fondasi berbangsa dan bernegara.

Achmad Charris Zubair, Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta menjelaskan bahwa kampung merupakan kekuatan riil budaya, sosial, dan ekonomi. Membicarakan Pancasila merupakan kekuatan dan kekayaan bangsa dan negara yang luar biasa. Generasi sekarang jangan sekedar ahli waris tetapi sebagai pewaris. Nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan telah hadir sejak dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, nasionalisme harus dibangun dari kesadaran masyarakat dan bangsa Indonesia yang beragam.

Sarasehan yang dipandu oleh Widhi Hasto dari Sekber Keistimewaan DIY ini berlangsung meriah karena diselingi dengan kuis dan sulap. Acara ini merupakan bukti nyata gotong royong dari para penggiat Pancasika dan merupakan bagian dari kegiatan Bulan Pancasila dengan tema Kita Pancasila. Yang didukung Oleh KAGAMA. IKAUII, APTISI, PSP UGM, Sekber Keistimewaan. Kwarda Pramuka DIY, Eksis Komunika dan disponsori Astra.